PPKn

Pertanyaan

sikap kepahlawanan yang dimiliki cut nyak meutia

1 Jawaban

  • Mata pelajaran: PPKN

    Kelas: IX SMP

    Kategori: Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme Barat

    Kata kunci: Sikap kepahlawanan yang dimiliki cut nyak meutia

    Pembahasan:

    Sikap kepahlawanan yang dimiliki cut nyak meutia
    1.Tjut Meutia adalah orang yang taat beribadah. Perempuan Aceh di zaman dahulu hanya memakai selendang tipis menutupi sebagian kepala dan tidak berjilba. Perempuan Aceh mulai berhijab mulai tahun 1990-an.

    2.Tegas karena suaminya telah menyerah pada Belanda dan bekerjasama dengan Belanda. Oleh karena itu dia minta cerai kepada suaminya. Suaminya membujuk agar tidak minta cerai. Tetapi karena berbeda prinsip maka Cut Meutia minta cerai. Suami Cut Meutia (Teuku Syamsarif) mengantarkan Cut Meutia ke PIrak utnuk dikembalikan kepada ayahnya. Cut Mutia dengan suka rela meninggalkan kesenangan dan kemewahan hidupnya sebagai seorang istri uleebalang, begitu mengetahui suaminya menjalin kerja sama dengan Belanda. Setelah suaminya bersedia menandatangani korte verklaring yang diajukan Belanda, Cut Nyak Meutia memilih berpisah dengan suaminya dan mengembara untuk berjuang melawan penjajahan Belanda. Teuku Syamsarif bersedia bekerja sama dengan Belanda, sehingga Teuku Syamsarif mendapat kehormatan dan kedudukan dengan berbagai fasilitas dari Belanda.

    3. Berjuang hingga titik darah penghabisan.

    4. pemberani

    5. pantang menyerah

    Cut Nyak Meutia lahir di daerah Uleebalang Keureutoe pada tahun 1870. Cut Nyak Meutia adalah putri dari Teuku Ben Daud, uleebalang Pirak yang masuk dalam wilayah Keureutoe. Ibu Cut Nyak Meutia bernama Cut Jah putri dari Ben Seuleumak. Ibu Cut Nyak Meutia juga dipanggil Cut Mulieng karena berasal dari Gampong Mulieng. Dari kedua orang tuanya itu, Cut Nyak Meutia mempunyai empat orang saudara laki-laki, yaitu Teuku Cut Brahim, Teuku Cut Hasan, Teuku Cut Muhammad Syah dan Teuku Cut Muhammad Ali.

    Masa kecil Cut Nyak Meutia hidup dalam didikan agama yang diajarkan oleh para ulama yang didatangkan oleh ayahnya sebagai tenaga pengajar, sebagaimana lazimnya dilakukan oleh keluarga uleebalang di Aceh. Hal itu membuat Cut Nyak Meutia menjadi pribadi yang taat dan teguh memegang prinsip. Ia rela berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan dan nyawanya untuk membela agama dan bangsanya.

    Untuk  melawan Belanda, rakyat Keuretoe dan Pirak dipersiapkan melalui pendidikam di dayah-dayah. Di Keuereutoe saat itu terdapat sebuah dayah yang sangat terkenal yakni Dayah Teungku Beuringen.

    Ayah Cut Nyak Meutia, Teuku Ben Daud terus menggalakkan peperangan untuk melawan Belanda. Teuku Be Daud merupakan pengikut setia Sulthan Aceh, Muhammad Daud Syah, yang saat itu sudah memindahkan pusat pemerintahan dan pertahanan ke Keumala, Pidie. Bantuan yang diberikan Teuku Ben Daud kepada sulthan semakin besar ketika sebagian Aceh Utara sudah dikuasai Belanda. Ia mengkoordinasi rakyatnya untuk mengumpulkan perbekalan serta membentuk angkatan perang.

    Teuku Ben Daud yang dibantu oleh anak-anaknya, para ulama dan pengikutnya, tetap menolak untuk bekerja sama dengan Belanda. Ia tidak bersedia menandatangani Korte Verklaring  yang ditawarkn Belanda meskipun beberapa uleebalang yang ada disekitarnya sudah melakukannya. Maka perang pun berlanjut dan Belanda akhirnya bisa menuasai darah kekuasaan Teuku Ben Daud.

    Walaupun daerah kekuasaannya telah dikuasai Belanda, Teuku Ben Daud terus melakukan perlawanan. Teuku Ben Daud melarikan diri ke daerah hulu Krueng Jambo Aye, dari sana ia terus mengkoordinir pasukannya untuk menyerang Belanda, hingga ia syahid di sana. Sejak tahun 1905, daerah itu pula yang digunakan Cut Nyak Meutia sebagai pusat pertahanan.

    Cut Nyak Meutia kemudian meninggalkan Keureuto kembali ke Pirak ke tempat ayahnya, Teuku Syamsyarif tidak pernah menjenguknya, dan bahkan tidak pernah mengirim nafkah. Karena tidak dijemput dan menafkahi istrinya sampai beberapa lama, maka Teuku Syamsyarif dinyatakan dipasah (diceraikan) dari istrinya. Setelah bercerai, Cut Nyak Meutia terbebas dari penderitaan batin. Ia kemudian menyatakan keinginannya pada ayahnya untuk ikut berperang melawan Belanda. Tapi keinginan itu tidak dikabulkan oleh ayahnya karena Cut Nyak Meutia baru menjadi janda.

    Cut Meutia Memimpin Pergerakan Walaupun Pang Nanggroe suami kedua  sekaligus pemimpin perlawanan telah syahid menghadap Ilahi Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan dan perlawanan bersenjata bersama-sama sahabat setia pejuang muslimin dan terus bergerilya naik gunung turun gunung melakukan penyerangan dan penyergapan. Mereka tidak mau menyerah kepada Belanda. Untuk melaksanakan perjuangan yang berlanjut tersebut diperlukan seorang pemimpin yang tangguh dipercayai, serta disegani oleh lawan maupun kawan oleh karena itu, atas kesepakatan dan saran pejuang muslim pimpinan pergerakan diserahkan kepada Cut Meutia. Jiwa semangat pejuang dan kearifannya muncul tatkala ia diminta untuk memimpin pergerakan dengan rasa haru dan senyum. 

    Gambar lampiran jawaban claramatika

Pertanyaan Lainnya